Stasiun di kota Jakarta
Membaca lebih lagi tentang kereta api ke Jakarta
Jadwal dan harga tiket KA Eksekutif Surabaya Jakarta.
Dari Stasiun Surabaya Pasarturi tujuan Gambir Jakarta : Kereta Api Argo Bromo Anggrek Pagi jadwal berangkat Pasarturi 08.00 WIB tiba 17.00 WIB, Harga tiket mulai 500.000. Tiket Argo Anggrek Lebaran 750.000.
KA Sembrani Jadwal dari Pasarturi 17.50 tiba Gambir 04.16 WIB, harga tiket mulai 500.000. Tiket Sembrani Lebaran 750.000.
Kereta Api Argo Bromo Anggrek Pagi jadwal berangkat Pasarturi 20.00 WIB tiba 04.57 WIB, Harga tiket mulai 500.000. Tiket Argo Anggrek Lebaran 750.000.
Harga Tiket kereta api Eksekutif Surabaya Jakarta akan mengalami kenaikan sewaktu-waktu. Biasanya tiket naik pada saat Bulan Desember, Musim Lebaran / Tiket Mudik dan Tiket Balik Lebaran.
Kalau lagi beruntung anda dapat tiket promo yang akan di update infonya disini.
Dari Stasiun Surabaya Gubeng tujuan Gambir Jakarta Kereta Api Bangunkarta jadwal Surabaya Gubeng 16.00 WIB tiba Gambir 04.46, harga tiket normal mulai 500.000, Harga tiket selama liburan dan lebaran 535.000-700.000.
Kereta Api Bima jadwal Surabaya Gubeng 17.00 tiba Gambir 05.29 WIB, harga tiket normal 535.000, harga tiket liburan dan lebaran 700.000.
Gambar Kereta Api Bima Surabaya Jakarta
Tiket kereta api Surabaya Jakarta dapat di pesan H-90 atau tiga bulan sebelumnya. Booking tiket online dapat anda lakukan di Tiket.kereta-api.com, tiket.com/kereta-api, Indo dan Alfamart atau channel eksternal KAI Lainnya. Untuk layanan pemesanan tiket diloket stasiun dilayani pada jam 09.00-16.00 WIB. Demikian informasi daftar kereta api Surabaya Jakarta terbaru semoga bermanfaat.
Jangan lupa di baca juga : Promo Tiket KAI November – Desember.
Stasiun di kota Semarang
Membaca lebih lagi tentang kereta api ke Semarang
Stasiun di kota Surabaya
Membaca lebih lagi tentang kereta api ke Surabaya
[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Topeng Cirebon adalah topeng yang terbuat dari kayu yang cukup lunak dan mudah dibentuk namun tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian yang tepat, serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam proses pembuatannya. Bahkan seorang pengrajin yang sudah ahli pun untuk membuat satu topeng membutuhkan waktu hingga satu hari. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu jarang . Topeng ini biasanya digunakan untuk kesenian tari topeng
Semua jenis topeng ini akan dikenakan pada saat pementasan tari topeng Cirebonan yang diiringi dengan gamelan. Tepeng Cirebon yang paling pokok ada lima yang disebut juga Topeng Panca Wanda :
Menurut Hasan Nawi, salah seorang pengrajin topeng Cirebon dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia seperti mengenakan topeng, misalnya saja pada saat marah seperti sudah mengganti topeng berwajah ceria dengan topeng kemarahan. Kalau ada orang dewasa yang sikapnya kekanak-kanakan maka ia seperti sedang mengganti topeng dewasanya dengan topeng anak-anak.
Topeng Cirebon yang semula berpusat di Keraton-keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat petani pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga dengan cepat mengalami transformasi-transformasi. Proses transformasi itu berakhir dengan keadaannya yang sekarang, yakni berkembangnya berbagai “gaya” Topeng Cirebon, seperti Losari, Selangit, Kreo, Palimanan dan lain-lain.
Untuk merekonstruksi kembali Topeng Cirebon yang baku, diperlukan studi perbandingan seni. Berbagai gaya Topeng Cirebon tadi harus diperbandingkan satu sama lain sehingga tercapai pola dan strukturnya yang mendasarinya. Dengan metode demikian, maka akan kita peroleh bentuk yang mendekati “aslinya”. Namun metode ini tak dapat dilakukan tanpa berbekal dasar filosofi tariannya.
Dari mana filsafat tari Topeng Cirebon itu dapat dipastikan? Tentu saja dari serpihan-serpihan tarian yang sekarang ada dan dipadukan dengan konteks budaya munculnya tarian tersebut. Konteks budaya Topeng Cirebon tentu tidak dapat dikembalikan pada budaya Cirebon sendiri yang sekarang. Untuk itu diperlukan penelusuran historis terhadapnya.
Siapakah Empu pencipta tarian ini? Sampai kiamat pun kita tak akan mengetahuinya, lantaran masyarakat Indonesia lama tidak akrab dengan budaya tulis. Meskipun budaya tulis dikenal di Keraton-keraton Indonesia, tetapi tidak terdapat kebiasaan mencatat pencipta-pencipta kesenian, kecuali dalam beberapa karya sastranya saja.
Di zaman mana? Kalau pencipta tidak dikenal, sekurang-kurangnya di zaman mana Topeng Cirebon ini telah ada? Kepastian tentang ini tidak ada. Namun ada dugaan bahwa di zaman Raja Majapahit, Hayam Wuruk, tarian ini sudah dikenal. Dalam Negarakertagama dan Pararaton dikisahkan raja ini menari topeng (kedok) yang terbuat dari emas. Hayam Wuruk menarikan topeng emas (atapel, anapuk) di lingkungan kaum perempuan istana Majapahit. Jadi Tari topeng Cirebon ini semula hanya ditarikan para raja dengan penonton perempuan (istri-istri raja, adik-adik perempuan raja, ipar-ipar perempuan raja, ibu mertua raja, ibunda raja).
Dengan demikian dapat diduga bahwa Topeng Cirebon ini sudah populer di zaman Majapahit antara tahun 1300 sampai 1400 tarikh Masehi. Mencari dasar filosofi tarian ini harus dikembalikan pada sistem kepercayaan Hindu-Budha-Jawa zaman Majapahit. Tetapi mengapa sampai di Keraton Cirebon? Setelah jatuhnya kerajaan Majapahit (1525), tarian ini rupanya dihidupkan oleh Sultan-sultan Demak yang mungkin mengagumi tarian ini atau memang dibutuhkan dalam kerangka konsep kekuasaan yang tetap spiritual. Dalam babad dikisahkan bahwa Raden Patah menari Klana di kaki Gunung Lawu di hadapan Raja Majapahit, Brawijaya. Ini justru membuktikan bahwa Topeng Cirebon erat hubungannya dengan konsep kekuasaan Jawa. Bahwa hanya Raja yang berkuasa dapat menarikan topeng ini, ditunjukkan oleh babad, yang berarti kekuasaan atas Jawa telah beralih kepada Raden Patah, dan Raja Majapahit hanya sebagai penonton.
Dari Demak tarian ini terbawa bersama penyebaran pengaruh politik Demak. Demak yang pesisir ini memperluas pengaruh kekuasaan dan Islamisasinya di seluruh daerah pesisir Jawa, yang ke arah barat sampai di Keraton Cirebon dan Keraton Banten. Inilah sebabnya berita-berita Belanda menyebutkan keberadaan tarian in di Istana Banten. Banten dan Cirebon, sedikit banyak membawa kebudayaan Jawa-Demak, terbukti dari penggunaan bahasa Jawa lamanya. Sedangkan Demak sendiri dilanjutkan oleh Pajang yang berada di pedalaman, kemudian digantikan oleh Mataram yang juga di pedalaman.
Topeng Majapahit ini hanya hidup di daerah pesisir Jawa Barat, sedangkan di Jawa pedalaman topeng tidak hidup kecuali bentuk dramatik lakon Panjinya. Kalau topeng tetap hidup dalam fungsi ritualnya, tentunya juga berkembang di kerajaan-kerajaan Islam Jawa pedalaman. Rupanya topeng dipelihara di Jawa Barat karena pesona seninya. Topeng sangat puitik dan kurang mengacu pada mitologi Panji yang hinduistik. Topeng lebih dilihat sebagai simbol yang mengacu pada realitas transenden. Inilah sebabnya sultan-sultan di Jawa Barat yang kuat Islamnya masih memelihara kesenian ini.
Topeng Cirebon adalah simbol penciptaan semesta yang berdasarkan sistem kepercayaan Indonesia purba dan Hindu-Budha-Majapahit. Paham kepercayaan asli, di mana pun di Indonesia, dalam hal penciptaan, adalah emanasi. Paham emanasi ini diperkaya dengan kepercayaan Hindu dan Budha. Paham emanasi tidak membedakan Pencipta dan ciptaan, karena ciptaan adalah bagian atau pancaran dari Sang Hyang Tunggal.
Siapakah Sang Hyang Tunggal itu? Dia adalah ketidak-berbedaan. Dalam diriNya adalah ketunggalan mutlak. Sedangkan semesta ini adalah keberbedaan. Semesta itu suatu aneka, keberagaman. Dan keanekan itu terdiri dari pasangan sifat-sifat yang saling bertentangan tetapi saling melengkapi. Pemahaman ini umum di seluruh Indonesia purba, bahkan di Asia Tenggara dan Pasifik. Dan filsuf-filsuf Yunani pra-Sokrates, filsuf-filsuf alam, juga mengenal pemahaman ini. Boleh dikatakan, pandangan bahwa segala sesuatu ini terdiri dari pasangan kembar yang saling bertentangan tetapi merupakan pasangan, adalah universal manusia purba.
Mengandung semua sifat ciptaan. Sang Hyang Tunggal Indonesia purba ini mengandung semua sifat ciptaan. Karena semua sifat yang dikenal manusia itu saling bertentangan, maka dalam diri Sang Hyang Tunggal semua pasangan oposisi kembar tadi hadir dalam keseimbangan yang sempurna. Sifat-sifat positif melebur jadi satu dengan sifat-sifat negatif. Akibatnya semua sifat-sifat yang dikenal manusia berada secara seimbang dalam diriNya sehingga Sifat itu tidak dikenal manusia alias Kosong mutlak. Paradoksnya justru Kosong itu Kepenuhan sejati karena Dia mengandung semua sifat yang ada. Kosong itu Penuh, Penuh itu Kosong, itulah Sang Hyang Tunggal itu. Di dalamNya tiak ada perbedaan, tunggal mutlak. Di Cina purba, Sang Hyang Tunggal ini disebut Tao.
Topeng Cirebon menyimbolkan bagaimana asal mula Sang Hyang Tunggal ini memecahkan diriNya dalam pasangan-pasangan kembar saling bertentangan itu, seperti terang dan gelap, lelaki dan perempuan, daratan dan laut. Dalam tarian ini digambarkan lewat tari Panji, yakni tarian yang pertama. Tarian Panji ini merupakan masterpiece rangkaian lima tarian topeng Cirebon. Tarian Panji justru merupakan klimaks pertunjukan. Itulah peristiwa transformasi Sang Hyang Tunggal menjadi semesta. Dari yang tunggal belah menjadi yang aneka dalam pasangan-pasangan.
Inilah sebabnya kedok Panji tak dapat kita kenali secara pasti apakah itu perwujudan lelaki atau perempuan. Apakah gerak-geriknya lelaki atau perempuan. Kedoknya sama sekali putih bersih tanpa hiasan, itulah Kosong. Gerak-gerak tariannya amat minim, namun iringan gamelannya gemuruh. Itulah wujud paradoks antara gerak dan diam. Tarian Panji sepenuhnya sebuah paradoks. Inilah kegeniusan para empu purba itu, bagaimana menghadirkan Hyang Tunggal dalam transformasinya menjadi aneka, dari ketidakberbedaan menjadi perbedaan-perbedaan. Itulah puncak topeng Cirebon, yang lain hanyalah terjemahan dari proses pembedaan itu.
Empat tarian sisanya adalah perwujudan emanasi dari Hyang Tunggal tadi. Sang Hyang Tunggal membagi diriNya ke dalam dua pasangan yang saling bertentangan, yakni “Pamindo-Rumyang”, dan “Patih-Klana”. Inilah sebabnya kedok “Pamindo-Rumyang” berwarna cerah, sedangkan “Patih-Klana” berwarna gelap (merah tua).
Gerak tari “Pamindo-Rumyang” halus keperempuan-perempuanan, sedangkan Patih-Klana gagah kelaki-lakian. Pamindo-Rumyang menggambarkan pihak “dalam” (istri dan adik ipar Panji) dan Patih-Klana menggambarkan pihak “luar”. Terang dapat berarti siang, gelap dapat berarti malam. Matahari dan bulan. Tetapi harus diingat bahwa semuanya itu adalah Panji sendiri, yang membelah dirinya menjadi dua pasangan saling bertentangan sifat-sifatnya. Inilah sebabnya keempat tarian setelah Panji mengandung unsur-unsur tarian Panji. Untuk hal ini orang-orang tari tentu lebih fasih menjelaskannya.
Topeng Panji menyimbolkan peristiwa besar universal, yakni terciptanya alam semesta beserta manusia ini pada awal mulanya. Topeng Panjing atau topeng Cirebon ini mengulangi peristiwa primordial umat manusia, bagaimana “penciptaan” terjadi. Tidak mengherankan kalau di zaman dahulu hanya ditarikan oleh para raja. Raja mewakili kehadiran Sang Hyang Tunggal itu sendiri, karena dalam paham kekuasaan Jawa, Raja adalah Dewa itu sendiri, yang dikenal dengan paham dewa-Raja.
Topeng Cirebon adalah gambaran sangat puitik tentang hadirnya alam semesta serta umat manusia. Sang Hyang Tunggal yang merupakan ketunggalan mutlak tanpa pembedaan, berubah menjadi keanekaan relatif yang sangat berbeda-beda sifatnya. Tari Panji adalah tarian Sang Hyang Tunggal itu sendiri, dan tarian-tarian lainnya yang empat adalah perwujudan dari emanasi diriNya menjadi pasangan-pasangan sifat yang saling bertentangan.
Topeng Cirebon adalah tarian ritual yang amat sakral. Tarian ini sama sekali bukan tontonan hiburan. Itulah sebabnya dalam kitab-kitab lama disebutkan, bahwa raja menarikan Panji dalam ruang terbatas yang disaksikan saudara-saudara perempuannya. Untuk menarikan topeng ini diperlukan laku puasa, pantang, semedi, yang sampai sekarang ini masih dipatuhi oleh para dalang topeng di daerah Cirebon.
Tarian juga harus didahului oleh persediaan sajian. Dan sajian itu bukan persembahan makanan untuk Sang Hyang Tunggal. Sajian adalah lambang-lambang dualisme dan pengesaan. Inilah sebabnya dalam sajian sering dijumpai bedak, sisir, cermin yang merupakan lambang perempuan, didampingi oleh cerutu atau rokok sebagai lambang lelaki. Bubur merah lambang dunia manusia, bubur putih lambang Dunia Atas. Cowek batu yang kasar sebagai lambang lelaki, dan uleg dari kayu yang halus sebagai lambang perempuan. Pisang lambang lelaki, buah jambu lambang perempuan. Air kopi lambang Dunia Bawah, air putih lambang Dunia Atas, air teh lambang Dunia Tengah. Sesajian adalah lambang keanekaan yang ditunggalkan.
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]
JAKARTA, 7 Desember 2022 – Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan menjadi kereta api cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.
KCJB akan melaju dengan kecepatan hingga 350 km per jam dan melayani rute Jakarta- Bandung dengan trase 142,3 km dengan 4 stasiun.
Selain Indonesia, Laos pada akhir 2021 lalu telah meresmikan kereta api dengan kecepatan 160 km per jam. Proyek ini disebut dengan nama Proyek Kereta Api Semi Cepat Laos.
Jika melihat pada standar International Union of Railway (UIC), kereta api dengan kecepatan 160 km per jam ini masuk dalam kategori Kereta Api Semi Cepat. Dengan kata lain, Kereta Api Laos merupakan Kereta Api Semi Cepat dan berada di kelas yang berbeda dengan KCJB.
Dilihat dari sisi teknologi, teknologi perkeretaapian hingga konstruksi yang digunakan pada proyek KCJB dan proyek Kereta Api Semi Cepat Laos sangat berbeda.
Dari sisi kereta yang digunakan, KCJB menggunakan EMU (Electric Multiple Unit) tipe KCIC 400 AF atau tipe CR400 AF yang merupakan tipe kereta api cepat generasi terbaru yang digunakan di Tiongkok.
Kereta Api Semi Cepat Laos menggunakan kereta CR200 J yang merupakan EMU dengan teknologi lawas.
Dari sisi sarana perkeretaapian lainnya, KCJB menggunakan jalur kereta cepat khusus dengan teknologi tinggi. Jalur KCJB merupakan jalur kereta yang dibangun baru dengan konsep double track.
Sementara jalur yang digunakan di proyek Kereta Api Semi Cepat Laos merupakan campuran untuk kereta api penumpang dan barang, dan hanya berupa single track line atau satu jalur.
Mengenai konstruksi proyek, infrastruktur KCJB dibangun tahan gempa hingga kekuatan 8 magnitude dan memiliki umur teknis hingga 100 tahun.
“Hal ini menunjukkan jika teknologi yang digunakan KCJB lebih terkini dan paling mutakhir. Dengan kecepatan 350 km per jam, Indonesia kini menjadi pionir kereta api cepat di Asia Tenggara,” ujar Rahadian Ratry, Corporare Secretary PT KCIC
Selain dari sisi teknologi, perbedaan mendasar pada proyek KCJB dan Kereta Api Semi Cepat Laos ada dari sisi pembiayaan.
Pada skema pembebasan lahan, biaya pembebasan lahan proyek KCJB ditanggung sepenuhnya oleh badan usaha PT KCIC.
Hal ini berbeda dengan skema pembebasan lahan yang dilakukan di proyek Kereta Api Semi Cepat Laos.
Di Laos, biaya pembebasan lahan tidak masuk dalam biaya pembangunan proyek. Pembebasan lahan dilakukan dan ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Laos.
Ketika harus membebaskan lahan milik swasta, Pemerintah Laos menerapkan sistem barter atau pertukaran lahan swasta dengan pemerintah.
Di sisi lain, Pemerintah Laos memberikan kebijakan lainnya untuk proyek kereta api semi cepat tersebut sehingga biaya pembangunan relatif lebih rendah.
Pada proyek KCJB, dukungan pemerintah diberikan melalui sinergi kementerian yang memberikan dukungan percepatan pembangunan dan penyelesaian proyek KCJB.
Pemberian dukungan dilakukan oleh dua kementerian koordinator dan lima kementerian dalam bentuk kemudahan perizinan, fasilitas perpajakan hingga kepastian hukum lainnya.*
*Informasi lebih lanjut
Mengunnakan Utiket cepat dan mudah:
KAI telah menonaktifkan pemesanan tiket kereta api secara online oleh karenanya Utiket tidak dapat memberikan hasil pencarian tiket kereta api sementara waktu. Terima kasih.
Jadwal dan harga Tiket KA Ekonomi + Eksekutif Surabaya Jakarta reguler (KA Ekonomi dan Eksekutif).
Kereta Api Gaya Baru Malam Selatan berangkat Satsiun Surabaya Gubeng 12.00 WIB tiba Pasarsenen 01.48 WIB. Harga tiket Rp 310.000 kelas ekonomi, 475.000 kelas eksekutif. Rute KA Gaya Baru Malam lintas selatan Surabaya Gubeng, Jombang, Madiun, Solo, Yogyakarta, Purwokerto, Cirebon, Jakarta.
Baca Juga : Jadwal Kereta Api Argo Parahyangan.
Membicarakan tentang Cirebon, memang tidak pernah ada habisnya dengan berbagai keindahan wisata, budaya, dan juga kuliner. Cirebon dikenal sebagai "kota udang" menjadikan kota Cirebon ini sebagai pilihan bagi wisatawan local khusus nya para pencinta kuliner pasti mengunjunginya. Tidak hanya keindahan wisata ataupun budayanya saja yang menarik, akan tetapi kulinernya juga sayang untuk dilewatkan. Seperti contonya saja docang, tahu gejrot, empal gentong, dan masi banyak lagi.
Jika kita mengunjungi Cirebon sekedar mencicipi docang, tahu gejrot, dan empal gentong, sangat disayangkan bila tidak mencoba kuliner khas Cirebon yang menjadi makanan tradisional unik yang nasinya dibungkus menggunakan dau jati yaitu Nasi Jamblang atau biasa orang Cirebon bilang sega jamlang. Yang sudah ada sejak 120 tahun yang lalu. Sega sendiri Bahasa dari orang Cirebon yang memiliki arti Nasi, sedangkan jamblang sendiri konon katanya berasal dari sebuah nama desa kecil yang ada di Kabupaten Cirebon nya itu sendiri. tepatnya di desa jamblang.
Nasi jamblang adalah salah satu kuliner yang sudah melekat menjadi identitas bagi warga Cirebon. Sekilas, nasi ini sama aja dengan nasi putih biasa akan tetapi yang menjadi beda itu jenis dari pembungkus nya itu sendiri. Nasi jamblang di bungkus daun jati dengan ukuran nasi hanya segumpal tangan agar nasi ini terlihat lebih unik. Hal ini daun jati penggunaan nya sebagai pembungkus bertujuan untuk menjaga nasi agar tetap enak, pulen, dan yang pasti nya tahan lama, dikarenakan tekstur dari daun jati itu sendiri tidak mudah sobek memiliki pori -- pori hal itu untuk membantu nasi agar tetap terjaga baik kualitasnya.
Ukuran nasi jamblang sendiri terbilang kecil hanya segumpalan tangan orang dewasa dan proses memasak nasinya pun sama seperti nasi putih biasa. Akan tetapi sebelum dibungkus di daun jati terlebih di dinginkan terlebih dahulu sampai bener -- benar adem. Setelah itu baru lah di bungkus daun jati satu persatu dengan rapi. Hal itu dilakukan agar lebih tahan lama dan tidak mudah basi.
Sumber : Dokpri (dokumentasi liputan)
Lauk pauk yang disajikan dengan nasi jamblang pun berbagai hal seperti tempe, sete kentang, telor dadar, tahu air, semur ati, udang goreng, sambel merah, tahu sayur, semur jengkol,semur ikan, paru, dan masi masi banyak lagi semua menu yang telah di sajikan harus dalam keadaaan dingin.
Asal usul nasi jamblang tak lepas dari sejarah Indonesia di jajah oleh para belanda. Pada waktu itu pembangunan jalan raya anyer panarukan yang melewati kabupaten Cirebon. Ratusan para pekerja keras untuk membangun jalan raya ini. Hal itu menimbulkan masalah pada saat itu banyak sekali masyarakat pribumi yang dihadapkan dengan masalah kelaparan.
Faktor yang membuat para pekerja kelaparan, Akan tetapi nasi yang dibawakan oleh meraka dari rumah lebih cepat basi dan tidak lama hal itu sama sekali tidak bisa dikomsumsi lagi atau dimakan. Dikarenakan dari rumah hanya dibungkus daun pisang saja pada saat itu.
Pada saat itu ada sekumpulan masyarakat yang berasal dari daerah Cirebon. Tepatnya dari desa jamblang. Awal mula yang mempunyai ide sekaligus mengenalkan daun jati sebagai salah satu alat untuk pembungkus nasi. Dengan dau jati membuat nasi menjadi tahan lama dan tidak cepat basi. Di karenakan daun jati sendiri memiliki pori -- pori daun yang cukup besar dan tidak mudah robek.
Berjalan nya waktu sedikit demi sedikit mereka melengkapinya dengan berbagai farina lauk di dalamnya, sambel merah, bergedel, sumur tahu, tempe, sate kentang dan masi banyak lagi. Dari situlah nasi jamblang mulai dikenal masyarakat dari mulut ke mulut. Makanan ini mulai banyak di minati masyarakat dan seiring nya perkembangan zaman mulailah bermunculan nasi jamblang dari mulai ada ruko nya sampai dengan orang jualan nasi jamblang berkeliling dikampung. Sehingga sampai sekarang nasi jamblang pasti akan banyak kalian temui di berbagai tempat sudut di Cirebon.
Sumber : Dokpri (dokumentasi liputan)
Bila nanti kalian ada rencana berkunjung ke Cirebon. Nasi jamblang pertama kali yang harus kalian datangi. Ada salah satu nasi jamblang yang sudah terkenal di Cirebon dengan ciri khas resep asli mendiang dan varian lauk makanan yang begitu banyak. Yaitu nasi jamblang Mang Dul tepat nya di kota Cirebon. Tapi kali ini saya tidak membahas lebih jauh mengenai nasi jamblang Mang Dul yang sudah tidak bisa diragukan lagi. Akan tetapi saya ingin mengenalkan Nasi jamblang juga khas Cirebon yang terletak di perkampungan panguragan.
Sejak tahun lalu pandemi covid-19 masi melanda di negara kita tercinta indonesia yang sudah menyebabkan banyak nya usaha dari kecil sampai dengan perusahan besar merasakan kesusahan nya di masa pandemi ini bahkan sampe gulung tikar. Data Asosiasi UMKM di indonesia mencatat bahwa sepanjang perjalanan 2020 lalu.
Lihat Foodie Selengkapnya
Kereta Cepat Jakarta-Bandung hadir dengan tipe terbaru, CR400AF, yang dilengkapi teknologi modern dan handal serta pramugari yang senantiasa siap melayani selama perjalanan Anda. Fitur Cabin Noise yang lebih rendah akan meredam getaran dengan lebih optimal. Perjalanan berkualitas untuk pengalaman lebih bernilai.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Bila ada yang mencari info Daftar Kereta Api Surabaya Jakarta untuk keberangkatan dari Stasiun Surabaya Gubeng dan Surabaya Pasarturi silakan simak pemaparan berikut ini. Khusus untuk Kereta Api Surabaya ke Jakarta utuk keberangkatan Bulan Januari – Desember serta untuk angkutan mudik dan balik lebaran.
Informasi Rute Jakarta ke Semarang
Tentang Stasiun KA Gambir
Stasiun Gambir adalah stasiun kereta api yang ada di wilayah Jakarta, tepatnya di Jalan Medan Merdeka Timur No. 19-27, Jakarta Pusat. Stasiun ini merupakan stasiun terbesar yang ada di DKI Jakarta. Stasiun Gambir berada di tengah kota dan berdekatan dengan Monas atau Monumen Nasional. Stasiun ini dibangun pada tahun 1930an dengan nama Stasiun Koningsplein dan mulai dikelola pada tanggal 4 Oktober 1884. Stasiun ini dahulunya merupakan stasiun pertama yang ada di Koningsplein dan dikelola oleh Weltevreden Railway Station Well Contented. Stasiun ini dahulu merupakan stasiun pemberangkatan untuk rute Bandung dan Surabaya. Pada mulanya stasiun ini dirancang oleh SS (Staatsspoorwegen) dan bangunannya menggunakan atap yang bertumpu pada bantalan besi. Namun pada tahun 1917, stasiun ini diperbesar dan terus mengalami perubahan besar-besaran hingga sepuluh tahun kedepan dan menggunakan konsep art deco untuk bangunannya. Stasiun ini mengalami renovasi ulang secara besar-besaran pada tahun 1990.